Picture
SUTARJI CALZOUM BAHRI ; PRESIDEN PENYAIR YANG KONTROVERSIAL.

Meminta ijin kepada ketua Jurusan dan Dekan, untuk mendatangkan  Sutarzi calzoum Bahri, ke kampus IKIP Bandung pada sekitar taun 1980-an. Bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Sikap kontroversial Sutarji lah, yang menjadi kendalanya. Kebiasaannya yang nyleneh, merupakan sebuah kendala utama, yang menjadi bahan peredebatan  yang sengit ketika saya harus meyakinkan Ketua Jurusan, terkait dengan rencana mendatangkan Sutarji dalam acara Haul Chairil Anwar di tahun 1985.

Sutarji benar-benar sangat fenomenal saat itu, dia hanya mengenakan sandal dan baju yang lusuh, ketika kami menjemputnya dari Bandara Husen Sastranegara.  Disepanjang perjalanan dari  bandara- menuju Kampus. Lebih banyak di isi dengan diam, wajahnya nampak kusut, rambut gondrongnya yang sedikit agak keriting , dibiarkan berhamburan, di hantam angin, yang masuk lewat jendela mobil yang sengaja di bukanya.

Tiba di depan pintu gerbang kampus IKIP Bandung, dia meminta kami, untuk beristirahat sejenak, di taman kolam depan Bumi Isola. Mimik mukanya nampak demikian bergairah melahap tandas, pemandangan yang ada di depan matanya. “ Kampus Yang Indah ..!”, sebuah kalimat pendek,  akhirnya keluar juga, dari mulutnya yang sangat kikir dalam berkata-kata.

“ Di Jakarta !, Abang tinggal dimana !? “, akhirnya pertanyaan, yang lebih layak disebut sebagai sebuah  basa-basi, aku coba keluarkan. Untuk sekedar mencairkan suasana yang terasa sangat aneh.

“ Tinggal ?, kamu nanya alamat saya ? “ Dia balik bertanya?. Aku cepat mengangguk.

“ Alamat saya …? . Kalau tidak salah …. ! ( lalu dilanjutkan dengan  menyebutkan sebuah alamat di Jakarta , dengan kalimat yang terputus-putus). Yang paling aneh, dia menjawab dengan tidak pernah memindahkan wajah dan pandangannya dari kolam yang di kaguminya.

Jawabannya yang demikian tak  “bergizi”, membuat saya tahu diri, untuk tidak lagi mengganggu keasyikannya. Menatap ikan-ikan yang lalu lalang di hadapannya.

Menyeruak diantara para Mahasiswa yang memenuhi Gedung Aula Barat. Sutarji berjalan tenang hampir tanpa ekpresi, beberapa tangan yang mengajak salaman , tak satupun yang di balas. Sosok yang begitu dingin, bahkan ketika melewati para dosen yang duduk di jajaran kursi terdepan, Sutarji tak menolehkan muka sama sekali. Ia langsung menuju meja di depan, duduk, lalu menebarkan pandangan dengan  sorot matanya yang misterius.

Sutarji meneguk meneguk air yang berkadar alkohol rendah  . Sebelum mulai memberikan ceramah, dengan kualitas logika yang menawan. Sangat menarik memang, ketika bunyi sendawa kerap terdengar diantara kalimat-kalimat yang ia lontarkan, memancing para pendengar untuk bertepuk tangan.

Acara pembacaan puisi adalah, saat yang paling di nanti. Kalau Sutarji di kenal sebagai penyair yang sangat memahami aspek pembacaan puisi, dia benar-benar telah membuktikan hal itu. Penampilan Sutarji benar-benar sangat memukau. Beberapa Puisi karyanya sendiri, dibawakan dengan sangat ekpresif. “ Mesin kawin”, merupakan puisi yang paling mendapatkan apresiasi dari pendengar.

Sehari bersama Sutrarji, di Kampus Bumi Siliwangi di tahun 1985. Merupakan pengalaman yang paling mengesankan, bagi siapapun yang mencintai dunia perpuisian. Kita telah berkesempatan secara langsung berhhadapan dengan sosok, yang paling berpengaruh di dunia perpuisian Indonesia. Terlepas dari sipatnya yang kontroversial ( pada saat itu ). Sutarji tetaplah Sutarji. Pribadi yang sangat menarik, dan patut menjadi inspirasi dalam hal proses berkreatifnya.


This is your new blog post. Click here and start typing, or drag in elements from the top bar.